Jakarta || Radarpost.id
Film terbaru “Komang”, produksi Starvision, menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton dan pelaku industri kreatif. Film ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menghadirkan kisah mendalam tentang perbedaan, ketabahan, dan cinta yang melintasi batas budaya dan tradisi.
Salah satu hal yang membedakan Komang dengan film lain adalah pesan moralnya yang kuat. Film ini mengajarkan bagaimana merayakan perbedaan di saat banyak orang menggunakannya sebagai alat pemisah. Kisah ini telah hadir jauh sebelum tokoh utama lahir, bahkan dalam konsep spiritual, tertulis di Lauhul Mahfudz.
Sebagai seseorang yang berasal dari kampung, salah satu aktor utama film ini mengungkapkan kebanggaannya bisa terlibat dalam proyek besar yang memberikan dampak besar bagi masyarakat. “Saya capek belajar dari kesalahan, tetapi Starvision hadir dan memberikan kesempatan bagi saya untuk berkarya,” ujarnya.
Film ini juga menjadi refleksi dari industri perfilman yang semakin terbuka terhadap cerita dari berbagai latar belakang budaya. Salah satu tantangan dalam produksi Komang adalah bagaimana menampilkan budaya tanpa menghilangkan esensi hiburan. Untuk itu, banyak riset dan diskusi yang dilakukan demi memastikan setiap adegan memiliki makna mendalam.
Tak hanya itu, film ini juga menjadi pembelajaran bagi para aktor dan kru yang terlibat. Ada banyak momen di mana mereka harus menyesuaikan diri dengan gaya komedi yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Salah satu pemeran utama mengungkapkan, “Saya benar-benar belajar banyak dalam proyek ini, dari cara membangun komedi yang natural hingga memahami logat dan budaya setempat.”
Selain menampilkan cerita yang mengharukan, Komang juga menjadi debut beberapa aktor di layar lebar. Salah satu di antaranya adalah seorang penyanyi religi yang kini beralih ke dunia akting. “Awalnya saya kaget ketika harus memerankan karakter ini, tetapi dengan bantuan tim dan lawan main, saya bisa beradaptasi dengan cepat,” katanya.
Syuting film ini dilakukan di berbagai lokasi eksotis di Indonesia Timur, termasuk Pulau Buton dan Wakatobi. Kehadiran tim produksi di daerah ini disambut hangat oleh masyarakat setempat. Bahkan, bagi beberapa warga, melihat proses produksi film sebesar ini adalah pengalaman yang luar biasa.
Dengan segala elemen yang ada, Komang bukan hanya sekadar film, tetapi juga surat cinta bagi mereka yang percaya bahwa keberagaman adalah kekuatan. Melalui film ini, industri perfilman Indonesia kembali membuktikan bahwa kisah-kisah yang dekat dengan budaya lokal bisa mendapatkan tempat di hati penonton luas.
Film Komang dijadwalkan tayang pada tahun 2025 dan diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam merayakan perbedaan dan memahami bahwa setiap kisah memiliki tempatnya sendiri.