Depok || Radarpost.id
Hidup ini dibikin santai dan ejoy. Jika lagi ruwet pikiran, aseknya buat jalan-jalan saja. Eh tidak hanya jalan-jalan saja, tapi juga kulineran. Kalau bicara soal kulineran, wah itu kesukaan saya banget. Ingin mencoba aneka hidangan menu. Biar tahu cita-rasa daerah lain. Setiap daerah, pastinya punya rasa khas tersendiri. Ada rasa yang unik, dan penyajian yang beda.
Kali ini ada kulineran khas asal daerah Bogor, apa itu? Soto Mie Bogor. Apa bedanya dengan soto-soto daerah lain? Yang lebih menonjol perbedaannya, Soto Mie Bogor memakai mie kuning basah dan pakai irisan semacam risol. Dan yang lebih utama, Soto Mie Bogor memakai daging sapi.
Gerobak Soto Mie Bogor di tepi jalan Balaikota. Bahan Soto Mie dipajang di jendela gerobak seperti mie, bihun, kubis, tomat, kaki sapi atau babat, risoles goreng berisi bihun, semuanya disajikan dengan kuah kaldu sapi, ditambahi garam, kecap manis, dan ditaburi bawang goreng.
Dia adalah Agung (37) adalah seorang penjual soto di sudut Balaikota di acara Care Free Day (CFD) jalan Margonda Raya Kota Depok. Meski usianya muda, semangat Agung bersama istrinya tersenyum ramah melayaninya.
Setiap hari, ia mendorong sendiri gerobak soto dari rumahnya yang berada di Kampung Lio RT 03 RW 13, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, menuju ke tempatnya berjualan. Namun hari ini, Agung yang sudah berjualan soto lebih dari 10 tahun itu.
“Dulu sebelum mangkal di Balaikota ini, saya jualannya keliling, iya kemana aja sampe habis jualan satonya,” kata Agung, sedikit tertawa, saat diwawancara radarpost.id, Minggu (2/11/2025) di Balaikota Depok.
Tak hanya mendorong gerobak dan berjualan, tangan agung juga memasak soto dan nasi Bogor dagangannya tak seorang diri tapi. Dia bersama istrinya Nina Herlina.
“Buat siapin soto itu biasanya saya berdua dengan Bapak, saya yang belanja bahan-bahannya terus bapak yang masak dan jualan. Dia ngga mau diganggu masak karena takut cita rasanya hilang. Bapak juga dorong gerobaknya sendiri,” ujar Nina Herlina.
Berjualan sedari pukul 08.00 – 16.00 WIB, semangkuk soto komplet dijual seharga Rp 15.000, sampe 17.000 lengkap. Dipadu dengan kuah bening soto, bang Agung mengisinya dengan suwiran daging ayam, nasi hangat dan sayur pelengkap. Selama berjualan, Agung mengaku tidak pernah pula menghitung pendapatannya.
“Saya anggap harga bisa bersaing, murah, dan saya ngga pernah hitung dapat berapa setiap hari, pokoknya sedapatnya aja,” ujar Agung.
Nina Herlina sang istri pun bercerita bahwa tujuan Agung untuk terus berjualan bukanlah persoalan finansial. Namun Keluarganya Bapaknya Agung yang dari dulu berjualan Soto Bogor.
“Bapaknya dulu juga berjualan. saya itu ngga pernah hitung pendapatan berapa, yang penting mampu buat bayar kebutuhan anak-anak dan dia kasih ke istrinya. Itu kesenangan tersendiri buat Bapak,” ucap Nina.
Semangat dan kemandirian Agung yang Asli Leuwiliang, Cigudeng Bogor, seolah tak berhenti di situ, ia juga tinggal bersama kedua anaknya di rumahnya.
Setelah berpindah-pindah lapak dan berkeliling si wilayah Pancoran Mas dan sekitarnya. Saat ini menghabiskan banyak waktunya untuk berjualan di Balaikota Depok.
Di jalan itu pula pada tahun 2007, Agung mengalami pasang surutnya usaha. Namun itu tak menghentikan kegigihan untuk terus berjualan.
“Soto Bogor merupakan salah satu hidangan khas asli bagor, yang memiliki banyak penggemar. Biasanya, banyak warung yang menjajakannya pada siang hari, saat orang beraktivitas. Beragam isian yang bisa dicampurkan ke dalam soto.
Beberapa di antaranya yakni isian potongan daging sapi, kikil, babat, paru-paru, hingga usus. Salah satu menu itu cukup laku keras.
“Kalau campur, campurannya apa kang?” tanyanya.
“Ada daging sapi, babat, paru, usus, asinan, kikil,” ujar Agung.
Mungkin untuk beberapa orang dengan harga segini akan kurang yakin untuk membelinya, namun jangan khawatir karena saya menjamin rasanya .
Andang sadar betul pangsa pasar di Yogya sangat berbeda dengan Jakarta. Ia berpikir harus ada selling point atau nilai tambahnya untuk menarik pembeli.
Sementara ituvSupian Hadi, warga yang tinggal Rawa Denok ke CFD sama Istri Murni menyampaikan “Saya memang awalnya datang ke soto bogor, kebutulan lagi menikmati hari libur sambil olahraga di CFD. Sekakian mampir makan soto,” ucap Supian Hadi.
“Sotonya enak, gurih. Iya enaklah kebutulan anak saya juga mau makan, mungkin minggu depan saya akan mampir lagi ke sini,” pungkas Supian Hadi, mengakhiri wawancaranya. (**).
