Login

Pengamat Kritik Kuota 8 Pemain Asing di BRI Super League : Dinilai Kontra Produktif bagi Talenta Muda

Salah satu pemain asing Persebaya yang berlaga di kompetisi BRI League 1 tahun lalu

Jakarta ||Radarpost.id

Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang menetapkan kuota maksimal delapan pemain asing dalam kompetisi BRI Super League musim 2025/2026. Ia menilai aturan tersebut bertolak belakang dengan arah transformasi sepak bola nasional yang tengah dijalankan PSSI.

“Kebijakan 8 pemain asing itu berlebihan dan justru bertentangan dengan arah pembangunan sepak bola nasional. Ketum PSSI sudah menegaskan perlunya dikoreksi menjadi 7, dan kami di Save Our Soccer sepenuhnya mendukung,” ujar Akmal di Jakarta, Kamis (17/7).

Menurut Akmal, semangat profesionalisme dan kemajuan kompetisi seharusnya dibarengi dengan keberpihakan terhadap potensi lokal, khususnya para pemain muda yang kini mulai menunjukkan peningkatan signifikan. Ia menyebut kelompok usia U19 dan U23 sebagai generasi emas yang layak mendapat ruang lebih besar di liga domestik.

“Jam bermain untuk pemain muda, terutama U23, harus ditambah secara signifikan. Itulah satu-satunya jalan untuk membangun skill, karakter, dan mental juara dalam kompetisi panjang seperti I.League. Klub wajib memberi peran lebih, bukan sekadar tempat latihan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Akmal menekankan bahwa keberhasilan transformasi sepak bola Indonesia akan tercermin dari seberapa besar klub-klub mampu berinvestasi dalam pembinaan dan regenerasi. Ia menyerukan agar kompetisi menjadi wadah aktualisasi bagi talenta muda, bukan justru tenggelam oleh dominasi pemain asing.

“Penguatan peran pemain muda dalam kompetisi harus jadi indikator utama keberhasilan reformasi. Klub harus ambil tanggung jawab, bukan hanya soal hasil instan, tapi juga masa depan sepak bola kita,” pungkasnya.

Exit mobile version